• ...learn how to express correctly...

  • Tanggalan

    Juni 2010
    S S R K J S M
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    282930  
  • Kategori

  • Tweeted

  • Arsip

Asma Bronkiale (Bag 1)

Asma merupakan keadaan yang ditandai oleh penyempitan jalan nafas bronkus secara tiba-tiba yang disebabkan proses radang di bronkus dan adanya kontraksi otot halus di bronkus. Akhir-akhir ini diketahui leukotrien merupakan mediator penting dalam proses terjadinya asma. Hal ini dikarenakan beberapa diantaranya merupakan mediator terjadinya kontraksi otot polos yang menyebabkan hiperresponsifitas dan peradangan jalan nafas. Pemberian obat untuk menghambat sintesis leukotrien maupun kerjanya telah memberikan efek yang baik dalam kasus asma, hal ini semakin menguatkan bahwa leukotrien merupakan mediator penting pada asma akut dan penyakit jalan nafas reaktif (reactive airway disease). Penyempitan jalan nafas pada asma akut biasanya ditandai dengan adanya mengi pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak seringkali berupa batuk dimalam hari. Penyebab asma tersering antara lain infeksi saluran nafas atas karena virus; paparan allergen (seperti tungau rumah, serpihan kulit binatang); menghirup asap dan suhu dingin, serta udara yang kering. Asma dapat terjadi pada usia berapapun, termasuk pada orang tua, namun sekitar 50% kasus asma terjadi pada anak usia dibawah 10 tahun.

(diterjemahkan dari “Asthma: Treatment & Medication, by: Barry E Brenner, MD, PhD, FACEP” naskah lengkap dan asli dapat dilihat di URL:http://emedicine.medscape.com/article/806890)

Asma ditandai oleh adanya 3 keadaan

– Obstruksi jalan nafas reversible

– Inflamasi jalan nafas

– Hiperresposifitas terhadap stimulus tertentu

Diagnosis didiukung dengan adanya 3 R

– rekurrensi : gejalanya berulang

– reaktif : gejalanya ditimbulkan oleh paparan zat atau keadaan tertentu (pencetus)

– responsive : gejalanya mambaik dengan pemberian agen bronkodilator atau anti-inflamasi

Anamnesis:

– Batuk, mengi, nafas yang pendek, dada seperti ditekan

– Frekuensi gejala: mencerminkan tingkat keparahan

– Faktor pencetus – Respon terhadap pengobatan bronkodilator atau anti inflamasi sebelumnya

– Riwayat asma atau alergi di keluarga

– Pola timbulnya gejala:

· Menetap atau musiman

· Kontinu atau akut

· Durasi dan frekuensi tiap serangan · Diurnal atau nocturnal

Pemeriksaan Fisik:

– Pemeriksaan fisik paru dapat normal selama tidak timbul gejala

– Nilai kerja nafas:

· Tingkat distress

· Retraksi interkosta atau supraclavicula

– Bentuk dada : normal atau barrel-shaped

– Auskultasi, carilah apakah ada: mengi, batuk pada akhir ekspirasi, eksperium diperpanjang, ronkhi basah, stridor (stridor dapat menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas ekstratoraks)

– Kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan diperiksa dan dicari tanda-tanda alergi atau sinusitis

– Tanda vital : pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah saat inspirasi >15 mm Hg), takipneu

– Kulit: adakah eksim

– Ekstremitas: adakah jari tabuh (sangat jarang ditemui pada asma, ditemukannya jari tabuh manunjukkan perlunya diagnosis alternatif)

(sumber: 5-Minute Pediatric Consult (5mPeds™) , Publisher: Lipponcott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business; Editor:M. William Schwartz, MD)

Pemeriksaan penunjang: Foto thoraks dilakukan pada serangan asma pertama atau pada serangan batuk maupun mengi yang berulang dan belum terdiagnosis, juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan anatomis. Anak dengan riwayat asma tidak memerlukan foto dada berulang tiap serangan, kecuali jika didapatkan demam yang dicurigai karena pneumonia, atau jika terdapat temuan lain pada pemeriksaan fisik

(sumber: Nelson Essentials Of Pediatrics fifth edition)